Kamis, 26 September 2013

Filosofi matahari

Kalau ada yang nanya, “lebih suka matahari atau hujan?” kebanyakan cewek pasti menjawab, mereka lebih suka hujan dari pada matahari, alasannya simpel. Hujan itu saat dimana kita bisa mendapatkan ketenangan, saat dimana kita bisa melihat pemandangan ajaib dan warna-warni di  langit (read:pelangi), selain itu saya pernah liat sebuah artikel penelitian yang mengatakan  hujan juga selalu bikin seseorang ingat sama masa lalunya. Tapi menurut saya yang paling hebat dari hujan adalah matahari. Kurang tau sih apa yang menyebabkan saya suka sama matahari. Yang jelas matahari itu kuat banget. Dia mampu bertahan selama 12 jam sepanjang hari (kalau lagi ndak hujan),  satu satunya sumber energi bumi (nah yang ini teori yang biasanya  ditemukan pada buku buku ipa), dan yang paling spesial lagi. Dia itu bisa banget ngingatin saya dengan sang maha pencipta. Gimana bisa coba? Matahari itu membuat langit biru dan awan putih menyatukan warnanya dengan selaras, membuat kita bisa dengan leluasanya menghirup udara pagi di tengah lapangan sekalipun(tanpa harus bawa payung), melihat indahnya aneka ciptaannya berkeliaran di udara, tanah, bahkan di air. Indahnya. Makanya setiap saya berkesempatan merasakan panas paginya matahari saya akan selalu bersyukur. Satu persatu helaian nafas saya tarik, dengan itu pula satu  persatu perangkat didalam tubuh ini bekerja. Banyak sekali hingga ribuan reaksi bekerja dalam satu helaian nafas. Subhanallah. Bagaimana tidak, selama tujuh belas tahun satu bulan saya hidup, jarang sekali saya bersyukur dengan nikmat-Nya yang sebenarnya ada didepan mata, mengeluh, mengeluh, sampai lupa sama yang diatas.  Dan saat saya melihat matahari cuma ada sedikit rangkaian kata yang saya ucapkan. saya ingin tetap hidup bersama matahari saya, bersama semua ciptaan yang ikut merasakan indahnya matahari sampai saya benar benar akan terpisah olehnya. Dan kembali kepada penciptanya.